Senin, 25 Oktober 2010

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.


Definisi kenakalan remaja menurut para ahli

  • Kartono, ilmuwan sosiologi
    Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".

  • Santrock
    "Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."

Sejak kapan masalah kenakalan remaja mulai disoroti?

Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.

Jenis-jenis kenakalan remaja

  • Penyalahgunaan narkoba
  • Seks bebas
  • Tawuran antara pelajar

Penyebab terjadinya kenakalan remaja

Perilaku 'nakal' remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor internal:
  1. Krisis identitas
    Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

  2. Kontrol diri yang lemah
    Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

Faktor eksternal:
  1. Keluarga
    Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
  2. Teman sebaya yang kurang baik
  3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja:

  1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
  2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
  3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
  4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
  5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

Senin, 04 Oktober 2010

Majalah dinding yang sering kita sebut dengan istilah mading adalah majalah yang dikelola secara sederhana oleh suatu lembaga. Biasanya oleh sekolah-sekolah dari tingkatan sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atas. Namun demikian tidak menutup kemungkinan, mading pun bisa dibuat dan dipajang pula oleh kantor-kantor pemerintahan, seperti kantor balai desa, kantor kecamatan, kantor bupati, dan lain sebagainya. Majalah dinding juga bisa kita pajang di tempat-tempat umum, seperti di terminal, stasiun kereta, halte, dan tempat umum yang lain.
Ditilik dari formatnya yang apa adanya, maka majalah dinding bisa dikatakan sebagai majalah yang amat sederhana. Kesederhanaan ini antara lain meliputi; penampilannya, bentuknya, pengelolaannya, hingga pada keterbatasan kolom atau ruang yang disediakan. Sebagai guru, tentunya kita tak asing lagi dengan majalah dinding. Terlebih guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Melalui majalah ini kita bisa mengenalkan dan melatih anak didik untuk mencoba berkarya. Utamanya yang ada kaitannya dengan tulis-menulis. Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang perlu dikuasai untuk bisa menciptakan majalah dinding di sekolah kita.
Pertama, Karakteristik Mading
Majalah dinding, baik itu yang dikelola oleh sekolah maupun lembaga lain rata-rata memiliki karakter yang amat sederhana. Dikatakan sederhana, karena bentuk penampilannya lembaran, tidak berbentuk buku/majalah sebagaimana yang biasa kita kenal. Mading memiliki karakter mudah dibaca sambil berdiri. Untuk membaca majalah ini juga tidak dibutuhkan waktu terlalu lama. Mading bisa dibaca sepintas. Bisa dibaca dengan jarak lebih 30 cm dari mata kita. Mading merupakan majalah berbentuk hiasan – tulisan dan gambar- yang dipajang di dinding, yang tidak memiliki banyak kolom atau ruangan.

Kedua, Kolom atau Ruang pada Mading

Dengan kesederhanaannya, agar tetap menarik perhatian pembaca, mading dihadirkan dengan bentuk kolom-kolom tertentu. Misal; perwajahan mading (cover), ditampilkan dengan nama yang cukup memikat. Nama ditulis dengan bentuk huruf yang mudah dibaca. Usahakan cover majalah ditulis pada warna dasar yang menarik, sehingga baru saja melirik nama madingnya saja, pembaca sudah merasa terpikat untuk terus menikmati tulisan-tulisan yang disuguhkan sampai selesai.
Selain cover, wajah mading ini perlu dipetak-petak lagi menjadi beberapa kolom. Antara lain; kolom pengelola, kolom pengantar redaksi, kolom daftar isi, kolom artikel, kolom berita, kolom puisi, kolom cerita, kolom karikatur, kolom lukisan, dan kolom-kolom yang lain.
Ketiga, Sumber Tulisan
Agar kehadirannya bisa memikat pembaca, terutama anak-anak yang cinta membaca, majalah dinding harus diisi dengan tulisan-tulisan segar. Tulisan hangat yang tengah menjadi perbincangan banyak orang. Jangan menghadirkan berita atau tulisan yang sudah biasa didengar banyak pembaca! Ini jika mading kita ingin dikatakan greeess! Untuk bisa mengisi semua ruang yang ada di mading, hendaknya kolom demi kolom harus diisi dengan tulisan-tulisan tertentu. Pengatar redaksi, diisi oleh pengelola majalah, biasanya guru pembimbing. Kolom berita, bisa diisi oleh guru atau anak-anak (wartawan sekolah) dengan liputan berita kegiatan di sekolahnya. Kolom cerpen, diisi oleh anak-anak yang suka pada tulisan tersebut. Demikian pula dengan kolom puisi dan kolom-kolom yang lain. Mengingat majalah dinding sebagai media latihan menulis bagi anak-anak, maka usahakan semua tulisan bersumber dari hasil karya tulis anak sendiri. Bukan jiplakan atau guntingan dari majalah atau koran sungguhan.
Keempat, Kepala Berita
Setelah semua kolom yang tersedia di majalah dinding terisi tulisan, sebagai guru pembimbing kita haruslah bisa segera menentukan judul berita (head line) yang menarik. Kita tentukan judul tulisan yang mudah dipahami oleh anak-anak. Judul berita sebisa mungkin merupakan rangkuman dari tulisan yang ada pada majalah dinding yang kali itu ditampilkan. Dengan demikian, setiap kali mading tampil, judul berita pun berbeda-beda.
Kelima, Perwajahan
Perwajahan disebut juga tataletak atau lay out. Agar penampilan mading yang kita suguhkan kepada pembaca selalu tampak menarik, tentu saja perlu kita poles dengan wajah yang cantik. Kita tata kolom demi kolom sedemikian rupa, agar menghasilkan tataletak yang cukup memikat. Dengan wajah dan tatanan yang cantik ini diharapkan anak-anak tidak cepat merasa bosan untuk terus membacanya. Sehingga kehadiran majalah dinding kita tak sia-sia. Majalah dinding kita mendapat tanggapan baik dari pembaca (anak-anak), syukur dari sesama guru.
Demikian sekilas tulisan tentang bagaimana cara membuat majalah dinding. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi rekan-rekan guru, khususnya pengasuh majalah dinding di sekolah-sekolah.


Senin, 20 September 2010

MAJALAH DINDING (MADING)

Dalam buat mading cukup mudah . Kita cukup memahami apa itu arti mading dan apa yg harus ada di dalam mading kita.
Apa itu mading???,,,
mading adalah majalah dinding, hehehe
itu sih kepanjangannya ..
mading atau majalah dinding adalah sebuah media tulis yang paling sederhana. Disebut mading karena pada umumnya mading ini di letakan pada media kertas yang di tempel di dinding ataupun papan pengumuman.

Apa yang harus dimasukkan ke dalam mading???
1. Judul mading kita
2. Berita utama mading kita
3. Editor mading kita
4. Profil dalam berita utama
5. Sedikit hiburan
6. Dan yang terakhir jangan lupa bubuhkan tips2 dalam mading anda,,,
Masalah susunan komposisi mading itu bisa di sesuaikan dengan tema mading kalian. Yang penting kalian harus memahami apa itu estetika desaign ruang 2 dimensi.
(Hmmm,berat banget bahasanya ,,sok pinter)
Yah intinya sesuaikan bentuk field komposisi mading anda dengan latar mading. Dan usahakan jangan ada tempat yang kosong.
Contoh aja tabloid yang sering kalian baca, engga ada kan tempat yang kosong, begitu juga mading kita.
Masalah artikel yang akan di masukan, usahakan artikel yang ter-update. Dan jangan lupa cantumkan sumber artikiel kamu. Tapi mading akan lebih di beri apresiasi yang lebih kalau isi artikelnya kita buat sendiri. Sekali-sekali jadi wartawan boleh donk,,,betul,,betul,,betul,,,^_^
SEMOGA BERMANFAAT&SEMOGA SUKSESS!!!!